Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dari Paksaan Menjadi Kesadaran; Kisah Azwar Menyelesaikan Hapalan Al-Quran dalam 1 Tahun

"Menghapal Al-Quran bukan lagi karena paksaan, tetapi lebih merupakan kesadaran"

Muhammad Azwar, lahir 7 juli 1998 di Lombok Timur. Mulai menghapal Al-Quran sejak usia 15 Tahun. Mengawali dengan menghapal Juz 30, Azwar menemukan lompatan besar dalam menghapal Al-Quran sejak masuk sekolah di Pondok Pesantren Thohir Yasin. Di pesantren tersebut, Azwar merasa dorongan kuat untuk menghapal al-Quran. Disamping karena suasana yang mendukung, profesionalitas ustaz dan motivasi yang terus didengungkan kepada santri-santri mendorong dirinya untuk terus menghapal al-Quran.

“Pengalaman yang belakangan baru saya sadari adalah motivasi dan nasehat yang disampaikan oleh ustaz mampu membangkitkan kesadaran sehingga menghapal bukan lagi karena paksaan, tetapi lebih merupakan kesadaran”.  Demikian katanya sesekali saat dihubungi. Baginya setelah diberikan sentuhan ustaz yang membimbing dirinya, “menghapal al-Quran adalah kebutuhan”. Iya, pernyataan tersebut menjadi kalimat yang selalu mendorong dirinya untuk menghapal al-Quran dengan sungguh.

Dengan peran penting dari ustaznya di pondok pesantren Thohir Yasin, serta dorongan motivasi yang kaya, Azwar menyelesaikan hapalan di ujung pendidikannya di Thohir Yasin sebanyak 7 juz. Angka yang mungkin cukup sedikit karena intensitas yang masih belum maksimal. Oleh karena itu, dengan rekomendasi dari ustaz tahfiznya di pondok, Azwar melanjutkan belajar dan menghapal al-Quran ke pulau seberang, yakni di pulau Jawa.

Selama menjalani proses menghapal di salah satu lembaga tahfiz al-Quran di pulau Jawa, dirinya selalu melakukan konsultasi dengan guru-guru tahfiznya di Pondok pesantren Thohir Yasin. Dalam kontak  tersebut, dirinya selalu diberikan nasehat dan motivasi untuk selalu semangat dalam menghapal dan memahami al-Quran. Akhirnya setelah satu Tahun di Jawa, Azwar menuntaskan hapalan 30 juz. Sebuah prestasi membanggakan yang bisa kita jadikan pelajaran.

Saat ini, Muhammad Azwar, tengah melanjutkan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi Islam negeri di kota Yogyakarta. Sembari melanjutkan kuliah, dia mengisi waktu-waktu kosong untuk murojaah dan mengajarkan Al-Quran anak-anak di sekitar kosnya. Dalam rutinitas tersebut, Azwar mendapatkan penghasilan tambahan. Benar-benar suatu keberkahan, dimana jaminan Allah kepada para penghapal kitab suci-Nya akan senantiasa dijaga baik urusan materi maupun immaterinya.

Menurut Azwar, pengalaman belajar di Pondok Pesantren Thohir Yasin adalah pengalaman berharga yang telah mendorongnya menjadi seorang penghapal al-Quran dalam waktu yang cukup singkat. Dia berharap kepada para santri yang saat ini sedang belajar di Pondok Pesantren Thohir Yasin secara khusus atau dimanapun secara umum, untuk selalu tekun dalam belajar lebih-lebih dalam menghapal Al-Quran.

Saat ditanya tentang apa yang perlu diperhatikan dalam menghapal al-Quran, dirinya memberikan beberapa pesan, Pertama, meluruskan niat. Hal ini penting karena Al-Quran adalah kalam Allah yang mulia sehingga niat juga harus diperbaiki dengan sebaik-baiknya agar tidak mengurangi keberkahan dalam menghapal. Kedua, jadikanlah menghapal Al-Quran sebagai kebutuhan bukan tuntutan. Ketiga, totallah dalam menghapal al-Quran, karena Allah sudah memberikan garansi kemudahan bagai setiap orang yang mau menghapal dan mengkaji Al-Quran.

Terakhir, hapal dan pelajari kandungan Al-Quran. Jika hanya menghapal, banyak orang yang bisa, tetapi yang menghapal, mengkaji dan mengamalkan itu yang jarang. Oleh karena itu dirinya mendorong para penghapal Al-Quran untuk tidak hanya berhenti pada menghapal, tetapi juga mengkaji dan menagamalkan.   

 

*Muhammad Azwar

Alumni MA Thohir Yasin Angkatan 2017

Saat ini menjadi mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Posting Komentar untuk "Dari Paksaan Menjadi Kesadaran; Kisah Azwar Menyelesaikan Hapalan Al-Quran dalam 1 Tahun"